TRAGEDI TRISAKTI
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1993, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soehartoturun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Mereka
yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royandan Hendriawan Sie.
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat
vital seperti kepala, leher, dan dada.
Latar belakang dan kejadian
Ekonomi Indonesia
mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan
aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR,
termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka
melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR
pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer
datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya,
pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya
aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung
di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan.
Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan
pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil
Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri
9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,
Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam
seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata,
Styer, dan SS-1.
Pada
pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang
dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah
menggunakan peluru tajam,
hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam
KRONOLOGI TRAGEDI TRISAKTI 1998
Peta
situasi Trisakti pada 12 Mei, 1998
10.30
-10.45
Aksi
damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir
depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap
civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan
universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.
10.45-11.00
Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera
setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya
yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak
sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia
sekarang ini.
11.00-12.25
Aksi orasi
serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan
maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
12.25-12.30
Massa
mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat
di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang)
dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan
menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke
pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.
12.30-12.40
Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan
depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta
memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
12.40-12.50
Pintu
gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.
12.50-13.00
Long
march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor
Walikota Jakarta Barat
oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri
dua lapis barisan.
13.00-13.20
Barisan
satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat
Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando
aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol
(Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat).
Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di
lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas
samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat
mulai bergabung di samping long march.
13.20-13.30
Tim
negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana long march
tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu
lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa
aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain
pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa
(Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
13.30-14.00
Massa
duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa
berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa
ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan
bunga mawar
kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya
dan satuan kepolisian lainnya.
14.00-16.45
Negoisasi
terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari
terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan
diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun
massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling
tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
Polisi memasang
police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis
tersebut.
16.45-16.55
Wakil
mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik
aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah
dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.
16.55-17.00
Diadakan
pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam
kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar
pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim
Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih
karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara
perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.
Mahasiswa
bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang
oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan
mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa
untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang
menyamar.
17.00-17.05
Oknum
tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar
ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan
massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus
Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat
dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi
kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa
maupun aparat untuk sama-sama mundur.
17.05-18.30
Ketika
massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat
ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada
mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang
mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi
dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
Pada saat
yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan
tembakan dan pelemparan gas air mata
sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan
tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas
air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor,
penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.
Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak
oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian
datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan
sebagian naik ke jembatan layang Grogol.
Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga
menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan
begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan
aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan
gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang
mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.
Lalu
sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan
membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke
arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut
mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal
dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit
beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh
akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan
intensif di rumah sakit.
Aparat
terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam
kampus.
18.30-19.00
Tembakan
dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi
korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
19.00-19.30
Rekan
mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di
sekitar hutan (parkir utama) dan sniper
(penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali
ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa
aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.
19.30-20.00
Setelah
melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari
ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan
mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan
Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan
syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang).
Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
20.00-23.25
Walau
masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban,
mahasiswa berangsur-angsur pulang.
Yang
luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM
datang ke lokasi
01.30
Jumpa
pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas HAM AA Baramuli
dan Bambang W Soeharto.
Penyelesaian
- Pimpinan ABRI memerintahkan Pangdam Jaya untuk menangani dan menyelesaikan kasus sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Peristiwa Trisakti merupakan pengalaman pahit, sekaligus batu ujian bagi TNI dan Polri untuk membuktikan kepada masyarakat luas akan netralitas dan integritasnya sebagai salah satu komponen bangsa yang berpihak kepada kepentingan nasional.
- Pomdam Jaya memeriksa 104 orang untuk dimintai keterangan.
- Pomdam Jaya minta senjata Polri untuk diamankan di gudang senjata Polda Metro Jaya.
- Berkas perkara atas nama Lettu Pol Agus Tri Heryanto, Cs 5 orang telah disidangkan. Hasil persidangan menyatakan para terdakwa dinyatakan terbukti syah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana tidak mentaati perintah dan atau melampaui perintah sebagaimana diatur dalam pasal 103 KUHPM.
- Sedangkan pelaku penembakan yang sebenarnya saat ini terus dilakukan penyidikan. Pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti berupa 2180 senjata api SS-1 dan Steyr yang ada di Resimen I dan II Kkorps Brimob Polri dan di kesatuan Brimob Polda Metro Jaya, masih terus berlanjut.
- Diperlukan waktu yang relatif panjang untuk melakukan uji balistik guna mengetahui senjata mana yang benar-benar dipergunakan untuk menembak korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar